Susunan Laporan Akhir Penelitian Tindakan Kelas
Susunan
laporan akhir Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
1.Identifikasi
Masalah
Dalam
mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda
rasakan selama ini.
2. Pemilihan Masalah
Anda tidak
mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus,
dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda
satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu
boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan
terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan
sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun
masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai
strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari
masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
3.
Deskripsi Masalah
Setelah
Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk
memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari
pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang
terlibat.
Contoh:
“Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan
sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke
pelajaran lain. Pelajaran
yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan
dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa
mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan
ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat
mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir
siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam
kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana
saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita
mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak
hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang
sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang
sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”
4. Rumusan
Masalah
Setelah
Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan
masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah
action research menggunakan lima pertanyaan:
1. Siapa yang terkena
dampak negatifnya?
2. Siapa atau apa yang
diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa
sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi
tujuan perbaikan?
5. Apa yang akan
dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh
rumusan masalah:
·
Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab
pertanyaan 1 dan 3)
·
Grup action research percaya bahwa hal ini
merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi
tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
·
Kita menginginkan para siswa melihat relevansi
kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis,
dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran
untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
·
Oleh karena itu kita merencanakan integrasi
pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran
interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh
pertanyaan penelitian:
1. Kesulitan apa yang
dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke
mata pelajaran lain?
2. Apakah siswa dapat
mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan
siswa menyukai suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan
antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran
multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran
tunggal?
BAB II
1. Kajian
Teori
Dalam
membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda telah melakukan “analisis
penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan
untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang
akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya
sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan
secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang
sangat penting.
Anda juga
perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan
Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat mengambil
manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan
mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para
guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang
bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated
curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada
kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan
PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan
siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.
2.
Hipotesis Tindakan
Lakukanlah
analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan
berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara
eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu
tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
3. Setting
Penelitian
Setting
penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru
lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan
masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting
penelitian Anda.
4. Tahap
Perencanaan
Tahap
perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR.
Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah
saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan
dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan
yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang
diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan
baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya
sebagian besar sudah tersedia.
Yang
sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan
sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu
terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti,
umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah
standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas
pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan
yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang
diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.
Tahap
perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal,
pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
5.
Siklus-siklus
Dalam CAR
siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh
karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya
adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian
biasa. Dalam penelitian biasa
hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil
yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus
terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4)
refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian
yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran.
Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research
yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih
belum berubah.
Misalnya
Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam
“perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap
pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam
“pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan
bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat
dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu
carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan”
itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang
paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan,
berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh
data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai
instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang
mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan
kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Dalam
action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan
kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
1. Dalam siklus
diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang
sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah
secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara
tradisional, buruk, dan di bawah standar.
2. Tidak jelas apakah
perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode
tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap)
dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama
satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C;
37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal.
Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti
perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.
3. Siklus dilakukan
tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan
secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan
demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa
metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus
disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode
ceramah yang lebih cocok.
BAB III
1.
Siklus-siklus Penelitian
Hasil
penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses
perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk
menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara
terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
2. Tabel,
Diagram, dan Grafik
Tabel,
diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil
observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian
yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain
rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali
tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca
akan makin ragu.
3.
Hasil-hasil yang Otentik
Hasil-hasil
yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang
proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil
penelitian.
BAB IV
1.
Kesimpulan
Kesimpulan
tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas
di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah
kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.
1. Kesulitan apa yang
dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke
mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes
awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa
daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru
lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan
tersebut.
2. Apakah siswa dapat
mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ?
Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata
pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya
antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.
3. Apa yang menyebabkan
siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui
kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran
berlangsung.
4. Apakah ada perbedaan
antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran
multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran
tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan
yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas
lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya
merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin
lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata
pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model
multidisiplin tersebut berlangsung.
Jadi
kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti:
“Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan
ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang membaca
kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya sehingga media itu
bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti dengan
proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa
daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan
dalam satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada
awal pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama
terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali
presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.
2. Saran
Karena CAR
bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil
penelitian tersebut sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian
secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin
meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan
diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang
relevan.
Saran CAR
diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas
dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal
pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal
yang diinginkan kepada fihak sekpolah.
Demikian
susunan laporan akhir Penelitian Tindakan Kelas, semoga postingan ini dapat
bermanfaat. Kami berharap saran dri Anda apabila tulisan di atas ada kekurangan.
0 Response to "Susunan Laporan Akhir Penelitian Tindakan Kelas"
Post a Comment