Gambaran Umum Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas atau biasa kita sebut PTK saat ini menjadi primadona penelitian. Mengapa tidak, PTK yang sepuluh tahun dahulu asing di telinga kita sekarang khusunya bagi kalangan pendidik, merupakan hal yang wajib disusun. Para calon-calon pendidik yang dibina di perguruan tinggi pun dalam tugas akhirnya tidak lagi melulu menyusun skripsi, namun digantikan dengan penelitian yang lebih sesuai dengan bidang tugasanya yaitu Penelitian Tindakan.
Tidak hanya para mahasiswa yang sibuk membuat PTK, para guru, pengawas tidak kalah sibuknya. Kalau PTK bagi mahasiswa adalah prasyarat mengikuti wisuda, sebagai simbol selesainya pendidikan di perguruan tinggi, maka untuk para guru khusunya yang berstatus PNS, Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu syarat kenaikan pangkat atau golongan.
Banyak beredar buku yang mengulas tentang penelitian tindakan kelas. Begitupula ribuan tema tentang PTK yang dapat kita dapatkan di mesin pencari mbah google.
Kebanyakan praktisi dunia kependidikan pasti sudah memahami tentang penelitian model ini. Tentu karena penelitian ini merupakan sarana melihat lebih detail permasalahan -permasalahan yang di hadapi oleh seorang guru. Guru juga manusia yang dalam tugasanya setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap tahun menjumpai masalah.
Permasalahan yang di hadapi guru dalam penelitian bukan permasalahan seperti kapan uang sertifikasi cair, kapan pemerintah menikan gaji 10 kali lipat. Haha...mungkin gak ya..Namun permasalahan yang berkaitan dengan tugas guru. Tugas guru tentu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Bagimana seorang guru, menjadikan siswa yang malas belajar menjadi rajin. Bagaimana seorang guru membuat siswanya memperoleh nilai yang memuaskan tanpa mencontek. Bagaimana seorang guru menjadikan kelas menjadi menyenangkan bagi siswa, bukan sebaliknya kelas adalah penjara kebebasan anak.Bagaimana seorang guru menyampaikan materi, dan siswa langsung paham. Seperti itulah pertanyaan -pertanyaan mengenai permasalahan seorang guru, yang dapat di susun dalam sebuah laporan PTK.
PTK
sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat
menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas
orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang
relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru
melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan
siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan.
Classroom
action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian
“riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka
memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada
beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action
research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua
hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research;
dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian
kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya
tidak untuk digeneralisasi.
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk
meningkatkan profesional seorang guru :
1. PTK sangat kondusif
untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di
kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan
muridnya
2. PTK dapat
meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai
seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai
peneniliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan
tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di
kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah
aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak
menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan
kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan
pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan
PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya
inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik
pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam
pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga
meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
Hakekat dilakukannya PTK
adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi
atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang
guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari
peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan
hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk
menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai
peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya.
Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis,
realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan
kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya.
Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan
bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik
reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan
jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih
jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1. Kritik Refeksi; salah
satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK
ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi
ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya
kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis;
dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik
terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang
merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur
kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan
adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik
unit tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam
PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti
atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari
situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya
sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi
dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi
dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi
dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap
kolaborator.
4. Resiko; dengan adanya
ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko,
terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada
diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan
suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian,
aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia
menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan
selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5. Susunan Jamak; pada
umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena
ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur
jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi
atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena
yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif.
Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses
belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan
pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil
yang dicapai, dan sebagainya.
6. Internalisasi Teori
dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik
bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua
tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli
penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua
hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula
sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.
Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu :
(1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing),
dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai
satu siklus.
Jika menyusun PTK maka perlu mempertimbangkan hal-hal saat menentukan masalah
CAR, antara lain:
1.
Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru
guru dalam menjalankan tugasanya yang berhubungan dengan siswa, yaitu mendidik, membimbing pasti menemukan permasalahan dari permasalahan individu siswa maupun permasalahan dalam pembelajaran.
2. Tiga
Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah
pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian
materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas.
3. Masalah
yang Berada di Bawah Kendali Guru
Dalam PTK guru mendasari permasalahan yang berada dalam kendali seorang guru. Misal guru menemukan masalah ruangan kelas sempit,sehingga tidak maksimal dalam pembelajaran. Betul ini adalah masalah, namun tidak perlu di PTK-kan.
4. Masalah
yang Terlalu Besar
Nilai UAN
yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar
untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya
hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup
seluruh sistem pendidikan.
5. Masalah
yang Terlalu Kecil
Masalah
yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara
keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan
kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat
lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk
masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak
masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah
yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan
siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup
besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua
siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa
cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan
siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain
dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah
akan memberi manfaat yang besar dan jelas.
7. Masalah
yang Anda Senangi
Akhirnya
Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal
itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan
Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
8. Masalah
yang Riil dan Problematik
Jangan
mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda
dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda
sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda
dampak negatifnya cukup besar).
9.
Perlunya Kolaborasi
Tidak ada
yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach
Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau
guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.
Jika anda membutuhkan referensi lain tentang Penelitian Tindakan Kelas dianjurkan untuk mencari sumber-sumber lain.
0 Response to "Gambaran Umum Penelitian Tindakan Kelas"
Post a Comment