Uwais, Pemuda yang dikenal Seantero Langit
Mungkin banyak yang dari kita senang akan sebuah pujian. Pujian membuat kita terlena, dan terlupa yang akhirnya membuat kita sombong. Semestinya setiap perbuatan dari hal kecilpun tak perlu butuh penilaian dari manusia. Yang kita harus dilaksanakan adalah berbuat hanya mendapat ridho Allah semata. Kita tak perlu ragu bahwa setiap perbuatan baik sekecil apapun karena ihklas, pasti Allah tak akan lupa mencatatnya dan membalas dengan pahala.
Sebuah kisah pada zaman Rassullah SAW. Bahwa seorang yang bernama
Uwais al Qarni( 657M), dapat kita ambil hikmahnya. Belajar untuk tetap yakin bahwa Allah SWT pasti akan membalas sekecil apapun kebaikan kita meski sepi dari apresiasi manusia. Sosok sejarah ini teramat agung di mata Allah SWT dan Rasulnya.
Uwais al Qarni( 657M), dapat kita ambil hikmahnya. Belajar untuk tetap yakin bahwa Allah SWT pasti akan membalas sekecil apapun kebaikan kita meski sepi dari apresiasi manusia. Sosok sejarah ini teramat agung di mata Allah SWT dan Rasulnya.
Buah keihlasan dan kesabarannya, Allah mempersilahkan sebelum ia masuk sorga nanti untuk memberi syafaat kepada dua kaumnya. Dan, Nabi menyebutnya sebagai orang yang sangat terkenal di langit meski tidak dikenal di bumi.
Sosok tabiin ini sebenarnya hidup di masa Rasullah. Namun karena tidak ditakdirkan berjumpa dengan Nabi maka bukan kategori sahabat. Definisi sahabat dalam ilmu khadis adalah mereka hidup di masa Nabi, beriman, pernah berjumpa nabi meski sekali.
Uwais pemuda asal qaran, Yaman, hari itu berpamitan kepada ibunya untuk pergi kepasar ternak. Ibunya yang sudah lumpuh dan tua memberi restu. Di salah satu sudut pasar pemuda pemuda bersuku murad ini membi lembu atau kerbau yang masih kecil. Setelah tawar menawar dan cocok harganya, Uwais, lelaki berwajah belang karena penyakit sopak ini membawanya pulang dengan memanggulnya.
Uwais kini menjadi penggembala, dan hari hari saat melakukan aktifitasnya Uwais melakukan kegiatan yang rada aneh. Setiap pagi dan sore, Uwais menggendong lembunya dari rumah menuju bukit yang ia buatkan kandang di atasnya. Jelas saja, aktifitas nyleneh bin gila ini hanya mendapat daftar cemoohan orang kepadanya. Cemoohan dan cercaan bagi Uwais adalah hal biasa. Terlebih sejak ayahnya meninggal dan ia mengidap penyakit sopak. Panggilan gila sering ia terima. Namun tidak pernah sekalipun ia membalas semua cemoohan pada dirinya. Ia terus berjuang, melakukan pekerjaannya demi tujuan yang Uwais dan Allah yang mengetahuinya.
Hari hari seorang Uwais memanggul lembu dari rumah ke bukit. Dinikmatinya setiap ejekan tetangga karena yang ia tahu fisiknya kini semakin bertambah kuat. Hingga menjelang bulan haji ia akan mampu menggendong ibunya menunaikan ibadah haji.
Suatu hari Uwais bercakap cakap dengan ibu tercintanya. " Ibu, bagaimana tahun depan kita tunaikan haji?", kata Uwais kepada ibunya. Dengan sedikit terheran heran ibunya menjawab" Pergi haji? Dengan apa kita kesana? Bekal apa yang kita punya untuk menunaikan ibadah haji, Uwais?".
" Ibu tidak perlu memikirkan itu semua. Saya akan menggendong ibu kesana, aku sudah cukup kuat menggendong ibu ke Makah. Untuk bekal insyAllah dari uang tabunganku sudah cukup untuk kesana Ibu!"
Dengan meneteskan air mata sang Ibu mengangguk dan terharu mendengar Anaknya akan menggendong ke Makkah. Ya, selama ini Uwais membawa dan menggendong lembu lembu untuk digembalakan tidak lain untuk membuat tubuh dan tenaganya kuat sehingga ia dapat mengendong sang Ibu pergi haji.
Telah berlalu semua gurauan, dan hinaan orang orang kepada Uwais yang mereka sebut sudah gila. Uwais melakukan kegilaan itu hanya untuk membaktikan diri kepada ibunya yang hidup buta dan serba kekurangan.
Uwais bukanlah siapa siapa, hanya seorang pemuda yang hidup serba kekurangan dan sakit sakitan, hidup bersama ibunya yang lumpuh, ia hidup tak terkenal, ia hidup sederhana.
Namun ia dikenal oleh para malaikat.
0 Response to "Uwais, Pemuda yang dikenal Seantero Langit"
Post a Comment