Tradisi Masyarakat Jawa

Tradisi dan Budaya Masyarakat Jawa

Slametan
Tradisi slametan yang dilaksanakan turun temurun merupakan proses doa, sebagai tahap awal dari proses dalam pencarian keselamatan (selamat). Slametan bagi orang Jawa merupakan bentuk penerapan sosio religius orang Jawa, yang dilaksanakan dalam perjamuan dengan dihadiri keluraga dekat dan tetangga di sekitar rumah, teman, maupun sahabat. Dalam tradisi slametan masyarakat Jawa dapat di golongkan menjadi tiga hal, yaitu;
a.  Saat Kelahiran
b. Saat Perkawinan
d. Saat Kematian

Slametan yang dilaksanakan biasanya tidak terlepas dari tiga hal diatas. Tradisi slametan adalah hal yang perlu dilaksanakan karena di dalamnya mengandung sedekah dan merupakan simbol atau upacara penolak bala bagi keluarga yang mengadakan slametan. 
Ritual slametan itu sendiri merupakan bentuk bahwa manusia hendaknya memiliki hubungan erat yang harmonis dengan lingkungan masyarakatnya dan alam sekitar. Bahwa manusia wajib menjaga kerukunan, saling menjaga dan dan berintrospeksi dengan masyarkat dan alam lingkungan sebagai sebuah hal yang tidak boleh ditinggalkan. 

Tradisi slametan yang telah dilaksanakan berabad-abad sampai saat ini masih banyak dijumpai di dalam kehidupan masyarakat Jawa, walaupun generasi sekarang kurang memahami makna slametan itu sendiri. 
Tradisi slametan saat kelahiran seorang bayi,berupa;
a. slametan tingkeban, yaitu slametan seorag ibu sewaktu mengandung dan usia kandungan berusia tujuh bulan. Dalam tradisi ini dipercaya bahwa Tuhan meniupkan roh kepada calon bayi yang ada dalam kandungan ibu. 
b. slametan kelahiran bayi
c. slametan usia bayi tujuh hari, biasanya dalam slametan ini orang tua menggumumkan nama bayi.
d. slametan slapanan, weton bayi yang berusia tiga puluh lima hari. 
e. slametan mitoni, slametan yang dilaksnakan sewaktu usia jabang bayi dalam kandungan sudah mencapai tujuh bulan.

Slametan weton merupakan slametan mungucap syukur dan memohon pertolongan dan kewalasandari Gusti Allah supaya dalam kehidupan kita diberkati oleh-Nya. Slametan ini dilaksanakan pada hari weton kita dalam bulan yang sedang berlangsung.

Perkawinan merupakan momen sakral bagi manusia, dan dalam tradisi jawa, perkawinan pun tidak luput dari barbagai ritual dan slamatan. Upacara dalam pelaksanaan perkawinan dalam tradisi Jawa dimulai dari tahap perkenalan sampai saat berlangsungnya pernikahan dan sesudah pernikahan. Tahap-tahap tersebut dikemas sedemikian rupa dengan tidak meninggalkan makna dalam setiap tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
a. Nontoni
tahap pertama seseorang untuk serius melanjutkan hubungan dengan calon pasangannya. Nontoni adalah melihat dari dekat calon pengantin perempuan.
b. Nakokake/Nembung/Nglamar
Setelah tahap Nontoni selesai maka tahap selanjutnya adalah Nakokake atau Nembung atau Nglamar. Nglamar murupakan peristiwa penting dalam tahap perkawinan, karena dalam tahap Nglamar ini mengandung makna bahwa calon pengantin pria dan keluarganya serius ingin mempersistri pihak perempuan. Jika pihak wanita setuju di lamar, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya. Langkah te arsebut antara lain penentuan hari pelaksanaan perkawinan. Kedua belah pihak melakukan musyawarah kepastian yang istilahnya peningset (kekancingan rembung). Peningset merupakan suatu simbol bahwa calon pengantin wanita sudah diikat walupun belum secara resmi. Peningset dapat berupa cincin atau benda lainnya. 
Penentuan tanggal pernikahan bisasnya disesuaikan dengan weton (hari lahir berdasarkan perhitungan jawa)
c. Pasang Tarub
Tarub merupakan simbol bahwa pernikahan akan segera dilaksanakan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu dan ijuk sebagai talinya. Disamping pemasangan tarub juga dipasang tuwuhan. Tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja yang sedang berbuah, yang dipasang di kanan kiri pintu masuk. Pohon pisang melambangkan keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar kelak kelauarga yang dibina calon pengantin dapat hidup makmur. 
d. Siraman
e. Midodareni
Upacara midodareni meupakaan upacara yang mengandung harapan untuk membuat suasana calon pengantin seperti widadari. Artinya kedua calon pengantin dikemudian hari dapat hidup lestari, rukun dan sejahtera. 
f. Akad Nikah
Akad nikah adalah inti dari perkawinan. Biasanya acara akad nikah dilaksanakan sebelum acara resepsi. 
g. Panggih
Upacara Panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian panggih. 
h. Balangan suruh
Balangan suruh merupakan ritual yang dilakukan oleh pasangan pengantin. Balangan suruh artinya melempar daun suruh yang telah ditekuk sedemikan rupa membentuk bulatan. Bulatan yang dibuat dari daun sirih disebut Gantal. Gantal  yang dibawa pengantin pria disebut gondhang tutur sedangkan yang dibawa penganten putri disebut gondhang kasih. Makna dari prosesi ini adalah harapan semoga segala goda akan hilang dan menjauh. Media daun sirih merupakan perlambang bahwa kedua penganten diharapkan bersatu dalam cipta, karsa dan karya. 
i. Ngidak endhok (menginjak telur)
Upacara nginjak telur memiliki makna seksual, bahwa kedua pengantin sudah halal untuk melakukan hubungan seksual. Dalam upacara ini pengantin pria menginjak telur yang telah disediakan. 
j. Wiji dadi
Wiji dadi adalah rangkaian senjutnya dari prosesi ngidak endhok. Bentuk wiji dadi adalah pengantin wanita membersihkan kaki pengantin pria setelah menginjak telor dengan menggunakan air yang telah diberi bunga setaman. 
k. Timbangan
Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Bentuk upacara timbangan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta dan karsa. 
l. Kacar-Kucur
Pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain , sedangkan pengantin wanita menerimanya dengan kain sindur yang diletakan dipangkuannya. Kantong kain berisi  uang recehan( uang logam), beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari prsoses kacar kucur adalah pengantin pria akan bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarganya. 
m. Dulangan
Dulangan artinya saling menyuapi antara pengantin. Makna dulangan adalah sebagi simbol seksual, saling memberi dan menerima.
n. Sungkeman
Sungkeman merupakan pengantin pria dan wanita mencium lutut kedua orang tua. Makna dari sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak terhadap orang tua. 
o. Kirab
Kirab artinya mengarak pengantin. Sebagai bentuk penghormatan pengantin yang digambarkan sebagai raja sehari.
p. Jenang sumsuman 
Setelah upacara perkawinan selesai tahap berikutnya adalah ungkapan rasa syukur yang biasanya dilakukan sehari setelah pernikahan.
q. Ngunduh manten
Pengantin dianter ke keluarga pengantin pria secara bersama-sama. 

Acara slamatan berikutnya dalam trasdisi Jawa adalah sewaktu adanya kematian, Tradisi selamatan ini biasanya meliputi
a. slamatan tiga harian
b. slamatan tujuh harian
c. slamtan empat pulh harian
d. slamatan 100 harian
e.slamatan tahun ke satu dan kelipatannya
f. slamatan seribu hari dst. 
dalam upacara slamatan keluarga yang terkena musibah mengundang sanak saudara dan tetangga, untuk berdoa meminta kepada Allah agar arwah almarhum dapat diterima di sisinya. 

Ruwatan
Tradisi ruwatan adalah upacara pembersihan untuk membersihkan atau menghindari  dari kemalangan, bencana,wabah penyakit  yang diakibatkan dari hal-hal diluar dirinya. Biasanya tradisi ruwatan diikuti dengan acara wayang kulit semalam suntuk. 

Puasa
Tradisi Jawa berikutnya adalah puasa, puasa merupakan bentuk keprihatinan orang jawa untuk mencapai maksud tertentu. Macam-macam puasa dalam tradisi Jawa yang sudah bercampur dengan ajaran Islam antara lain;
a. Puasa Mutih
seseorang berpuasa namun boleh memakan nasi dan air putih saja. Makanan selain itu dilarang.
b. Puasa Ngeruh
Orang yang melakukan puasa ini hanya dibolehkan memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan yang berasal dari hewan di pantangkan.
c. Puasa Ngebleng
Puasa Ngebleng adalah puasa sehari semalam tidak boleh melakukan aktifitas di luar kamar. 
d. Puasa Patigeni
Puasa Patigeni yang prosesnya sama seperti puasa Ngebleng namun lebih ekstrim lagi. Seseorang yang berpuasa Patigeni dalam jangka minimal tiga hari tidak boleh makan minum, tidak boleh tidur sama sekali. 
e. Ngelowong
Puasa ngelowong dilakukan boleh makan dan minum namun waktunya sudah ditentukan
f. Ngrowot
puasa yang dilakukan lengkap dari fajar sampai magrib, namun saat berbuka maupun sahur hanya memakan sayur-sayuran dan buah-buahan saja. 
selain bentuk puasa diatas juga ada beberapa puasa lainnya, antara lain, puasa nganyep, puasa Ngidang, puasa Ngepel, puasa Ngasrep, puasa senen kemis, dan puasa wungon. Selain puasa sebagai bentuk keprihatinan yang dilakukan orang Jawa, juga ada ritual yang berbau mistis seperti; 
a. Tapa jejeg (bertapa tidak duduk selama waktu tertentu), Lelono (melakukan perjalanan kaki dari jam 12 malam sampai sebelum subuh), 
b. Kungkum (merendam badan dengan telanjang bulat di persimpangan sungai dilakukan pada waktu tertentu) dan 
c. Ngluwang, tapa yang paling menakutkan karena seseorang yang melakukannya harus di kubur di pemakaman dalam jangka waktu tertentu. 

Masih banyak tradisi Jawa yang lain, yang memiliki makna yang dalam. Seiring dengan perkembangan jaman banyak tradisi diatas yang sudah tidak dilaksanakan lagi oleh sebagaian masyarakat Jawa. Tradisi Jawa yang bersumber dari ajaran Hindu-Budha ini, sudah mengalami modifikasi khususnya setelah ajaran Islam masuk ke tanah Jawa. Selain tradisi Jawa yang masih mengakar, Masyarakat Jawa juga memiliki beberapa lagu beberapa lagu daerah yang juga sering di nyanyikan sampai saat ini.

diambil dari berbagai sumber

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tradisi Masyarakat Jawa"

Post a Comment