Role Playing Metode Pembelajaran Inovatif

role playing menumbuhkembangkan aktivitas belajar siswa

I PENDAHULUAN

            Sebagai seorang guru, guru haru jelih melihat keadaaan para siswa-siswanya baik di dalam pembelajaran atau pun diluar pembelajaran. Begitu pula ketika proses belajar-mengajar di mulai, guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.   Seorang guru tidak selayaknya masuk ke dalam kelas dan mengajar seadanya tanpa persiapan sama sekali. Karena setiap bahan pembelajaran butuh strategi yang dijabarkan lewat model pembelajaran agar sbsatnsi pembelajaran tercapai secara maksimal.

Djumungin (2011: 43) dalam  bukunya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah keseluruhan pola umum kegiatan guru-siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Beliau menambahkan bahwa Strategi pembelajaran bahasa tersebut memilki variasi penyajian yang disebut model-model pembelajaran bahasa Indonesia. Sehubungan denga itu, Amadi juga mengerucutkan bahwa strategi belajar-mengajar keterampilan berbahasa Indonesia adalah pola KBM yang dipilih oleh tenaga pengajar untuk melaksanakan program belajar-mengajar keterampilan berbahasa Indonesia. Dalam model-model ini, seorang guru akan mendisain dan melaksanakan proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta situasi dan kodisi pembelajaran berlangsung. Artinya, guru dapat saja mengubah model pembelajaran apabila situasi dan kondisi pembelajaran tidak memungkinkan.

Menurut Djumungin (2011: 121), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang sistematis untuk mengorganisasikan pembelajaran. Model dapat diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pembelajaran. Model dapat juga diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pembelajaran. Beliau menambahkan bahwa tidak satu pun model yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada model lainnya. Begitu pula tidak ada satu pun model yang paling ampuh untuk segala situasi.

Makalah ini akan membahas model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra, khususnya model role playing atau sosiodrama. Tentu tidak semua bahan ajar harus menggunakan model tersebut. Namun makalah ini menyajikan secara lengkap mengenai model pembelajaran role playing sebagai model pembelajaran inovatif yang akan dibutuhkan pada bahan-bahan ajar tertentu nantinya pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Berikut penjelasan lengkapnya:

II. PEMBAHASAN

A.Pengertian

            Wikipedia (2012) menyebutkan bahwa role playing adalah sebuah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam  posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di masyarakat. Sehubungan dengan itu, Santoso (2011) mengatakan bahwa model role playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.  Dengan kata lain bahwa model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar.

B.Karakteristik

            Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul sawahnya, bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana gerakan pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.

Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007) juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada kenyataankenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode ini berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso, 2011).

C.Tujuan

Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan 3) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies (dalam Sadali) mengemukakan bahwa penggunaan role playing dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.

D.Manfaat

            Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: 1) role playing dapat memberikan semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari; 2) role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar; 3) role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa.

Di sisi lain, Sadali dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada empat asumsi yang mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah: 1), secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menekankan dimensi “di sini dan kini” (here and now) sebagai isi pengajaran. 2), bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain.3), model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. 4) model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi (covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya.

E.Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing

Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran; menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih lengkap, berikut langkah-langkah sistematisnya:

Guru menyuruh menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
Guru menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario yang sudah dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar-mengajar;
Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang;
Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
Setiap siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan;
Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan kelompok masing-masing;
Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
Guru memberikan kesimpulan secara umum;
Evaluasi;
Penutup.
F.Kelebihan dan Kekurangan

Banyak kelebihan yang dimiliki model pembelajaran role playing. Kelebihan-kelebihan tersebut di antaranya:

Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna bagi mereka;
Bagi siswa; berperan seperti orang lain, ia dapat merasakan perasaan orang lain; mengakui pendapat orang lain itu; saling pengertian; tenggang rasa; toleransi;
Melatih siswa untuk mendesain penemuan;
Berpikir dan bertindak kreatif;
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis karena siswa dapat menghayatinya;
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan;
Menafsirkan dan mengevaluasi hadil pengamatan;
Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat;
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja (Djumingin, 2011: 175-176)..
Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;
Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan;
Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias;
Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi (Santoso, 2011).
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran role playing pun bukanlah model pembelajaran yang sempurna dan tentu memiliki kekurangan seperti halnya model pembelajaran lainnya. Kekurangan-kekurangan tersebut di antaranya:

Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya, terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut;
Guru harus memahami betul langkah-langkah pelaksanaannya, jika tidak dapat mengacaukan pembelajaran;
Memerlukan alokasi waktu yang lebih lama (Djumingin, 2011: 175-176).
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu;
Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai (Santoso, 2011).

G.Penelitian Role Playing

Model Pembelajaran role playing telah banyak digunakan oleh orang-orang termasuk para ahli pendidikan dalam melakukan penelitian. Bukan hanya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia namun metode pembelajaran ini dapat dipakai sebagai penelitian di mata pelajaran yang lain. Berikut penelitian-penelitian yang memakai model pembelajaran role playing:

Penerapan role playing untuk meningkatkan pemahaman teks cerita rakyat pada pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas V SDN Tegalweru Kabupaten Malang oleh Rika Evalia Ariyanti (2010).
Penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran menemukan peluang baru pelanggan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar (studi pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu Malang) oleh Franu Wijaya (2011).
Upaya meningkatkan nilai-nilai karakter peserta didik melalui penerapan metode role playing oleh Kiromim Baroro (2010/2011).
Penggunaan metode role playing untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial di kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung oleh Tien Kartini (2007).
Pengaruh penerapan model pembelajaran role playing terhadap aktifitas guru dan hasil belajar dalam mata pelajaran pendidikan ips di sekolah dasar (penelitian tindakan kelas di sd negeri lemah abang 2 tanjung, kabupaten brebes) oleh Sadali.
Penelitian-penelitian tersebut terbukti meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan signifikan. Dengan menggunakan model pembelajaran role playing, siswa-siswa tidak merasakan kebosanan sepeti sebelum mereka melangsungkan proses belajar-mengajar tanpa menggunakan model tersebut. Model pembelejaran tersebut membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan mereka pun meningkat dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu, memang selayaknya model pembelajaran role playing untuk diteliti lebih jauh baik penggunaan dan manfaat lainnya.

III PENUTUP

Simpulan dari makalah ini, yaitu:
Model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar.
Dalam role playing, peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
Di antara manfaat model pembelajaran role playing yaitu membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran serta pembelajaran menjadi dinamis dan menyenangkan.
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran; menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi.
Disamping memiliki kelebihan, model pembelajaran role playing juga memiliki kekurangan. Model pembelajaran role playing sama seperti model pembelajaran pembelajaran lainnya yang tak bisa diterapkan di semua bahan ajar.
Telah banyak penelitian yang menggunakan model pembelajaran role playing dan terbukti bahwa model pembelajaran pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar para siswa.
Saran:
Model pembelajaran role playing merupakan model pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam rangka meningkatkan kemampuan bahasa dan sastra Indonesia bagi peserta didik. Selain itu, model pembelajaran ini bisa digunakan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan model pembelajaran role playing ini sebagai model pembelajaran alternatif yang layak dikembangkan untuk mutu proses dan hasil pembelajaran bagi para siswa di sekolah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Role Playing Metode Pembelajaran Inovatif"

Post a Comment